Badminton Indonesia di Olimpiade Prancis 2024 menjadi yang terburuk sepanjang sejarah di semua sektor. Hal tersebut terjadi setelah Ganda Putra Fajar dan Rian harus menyerah kalah melawan Liang dan Wang.
Sejak awal PBSI memang tidak menargetkan tinggi, hanya mempertahankan medali yang pernah diraih dari edisi sebelumnya. Kondisi seperti ini membuat hal tersebut sulit terjadi, walau masih ada Gregoria Mariska Tunjung.
Rekor Buruk Badminton Indonesia di Olimpiade 2024
Untuk melihat rekor buruk yang dialami Indonesia, mari melihat bagaimana perjalanannya dari awal dulu. Mulai dari Drawing yang bisa dikatakan kurang beruntung, karena mendapatkan lawan berat di awal.
Kecuali Gregoria Mariska Tunjung yang tergolong mendapatkan lawan cukup mudah. Tidak heran bila dalam babak grup. Berikut perjalanan lima sektor Bulutangkis Indonesia di Olimpiade Prancis kali ini.
1. Tunggal Putra
Rekor buruk badminton Indonesia di Olimpiade terjadi di sektor Tunggal Putra. Edisi kali ini Merah Putih mengirimkan dua pebulutangkis hebat, yaitu Jonathan Cristie dan Anthony Sinisuka Ginting.
Keduanya mempunyai peluang cukup besar karena seluruh lawannya pernah dikalahkan. Termasuk Viktor Axelsen yang dalam beberapa pertemuan menunjukkan penurunan performa, bahkan bisa untuk dikalahkan walau berjalan ketat.
Sayangnya, dalam drawing keduanya bertemu dengan pebulutangkis yang cukup bagus akhir-akhir ini. Hal itu terbukti, kekalahan di pertandingan terakhir membuat mereka tidak lolos ke putaran gugur.
Anthony harus mengakui keunggulan Toma Junior Popov, sementara Jonatan Christie kalah melawan Lakshya Sen. Hal ini menjadi terburuk karena sejak Olimpiade Barcelona tunggal putra selalu lolos fase grup.
Setidaknya minimal ada 1 pemain bisa masuk ke babak knockout, terlebih di edisi Tokyo Anthony ternyata mampu meraih gelar Medali Perunggu. Sungguh sangat disayangkan memang hasil tersebut.
2. Tunggal Putri
Badminton Indonesia di Olimpiade Prancis untuk sektor tunggal putri memang jauh lebih baik. Dari fase grup, pemain asal Wonogiri ini satu grup dengan Polina Bulova dan Tereza Svabikova.
Kedua pemain tersebut dari segi peringkat sangat jauh dari Gregoria Mariska Tunjung, tidak heran kemenangan mudah diraihnya. Pada babak 8 besar ujian sulit menanti, karena bertemu dengan Kim Ga Eun.
Pertandingan ketat tersaji dan pada akhirnya, Jorji memenangkan pertandingan tersebut dan berhak melaju ke Perempat Final dan sudah ditunggu lawan berat lainnya tunggal putri asal Thailand, Ratchanok Intanon.
Keduanya memang sudah sering bertemu dan pada pertemuan terakhir, Jorji bisa menang. Jika itu terjadi, maka peluang membawa medali cukup terbuka walau setelah itu lawannya adalah An Se-yong.
3. Ganda Putra
Badminton Indonesia di Olimpiade Prancis juga mengirimkan sektor Ganda Putra, ada Fajar Alfian dan Rian Ardianto. Pada babak gugur lawan yang harus dihadapi cukup sulit, tetapi peluang lolos tinggi.
Hal tersebut terbukti dengan menang atas Lucas Corvee dan Ronan Labar. Sayangnya, kalah melawan Rankireddy dan Chirag Shetty, sehingga membuat mereka menjadi Runner-Up, dan bertemu pasangan China, Liang/Wang.
Pertemuan Liang Wei Kang/ Wang Chang dan Fajar Alfian/Rian Ardianto berjalan sangat seru. Hanya saja, keberuntungan belum memihak kepada pasangan Indonesia tersebut, sehingga menyerah kalah.
4. Ganda Putri
Badminton Indonesia di Olimpiade Prancis mengirimkan satu wakil Ganda Putri. Hal buruk terjadi ketika Drawing karena masuk di grup neraka, di mana peluang lolos ada tetapi sangat kecil.
Hal itu terbukti dengan kekalahan dari Mayu Matsumoto dan Wakana Nagahara dua set langsung. Selanjutnya, takluk dari Chen Qincheng dan Jia Yifan, pertandingan terakhir kalah melawan Pearly Than dan Thinaah.
Kekalahan tiga kali beruntun tersebut membuat pasangan ini berada di posisi 4 klasemen akhir dan harus angkat koper. Mimpi Apriani meraih medali emas dengan pasangan berbeda harus pupus.
5. Ganda Campuran
Badminton Indonesia di Olimpiade Prancis juga mengirimkan Wakil Ganda Campuran, Rinov Rivaldy dan Pitha Haningtyas Mentari. Keduanya masuk ke Grup A yang lawannya bisa dikatakan cukup berat.
Sempat memberikan kejutan di pertandingan pertama dengan mengalahkan Kim Won-ho/Jeong Na-eun dalam pertandingan 3 set. Sayangnya, di pertandingan kedua menyerah kalah melawan Zheng Siwei/ Huang Ya-qiong.
Sebenarnya Rinov/Pitha masih punya kesempatan untuk lolos, sayangnya pada pertandingan terakhir melawan wakil dari Tuan Rumah, Thom Gicquel/Delphine Delore harus kalah dua set langsung.
Kekalahan tersebut menutup peluangnya untuk melaju lebih jauh. Kondisi tersebut membuat tren buruk Ganda Campuran masih belum bisa dipatahkan, dan perlu adanya evaluasi besar-besaran, termasuk pemain dipecah.
Melihat situasi tersebut Kabid Binpres PBSI, Ricky Subagja akan melakukan evaluasi besar-besaran. Harus diakui prestasi bulutangkis Indonesia memang sangat menurun beberapa tahun terakhir, bahkan bisa dikatakan mengalami kesulitan.
Para pemain seakan tidak mampu bersaing dengan pebulutangkis dari negara lain. Kondisi yang harus segera dicarikan solusinya. Setidaknya 4 tahun kedepan kejadian seperti ini tidak terulang.
Badminton Indonesia di Olimpiade Prancis memang masih mengharapkan Gregoria Mariska Tunjung, hanya saja peluangnya untuk bisa meraih medali minimal perunggu kemungkinannya tidak lebih dari 50%.