Sejarah Candi Badut adalah salah satu situs bersejarah yang menjadi bukti penting dari peradaban masa lampau di wilayah Malang, Jawa Timur. Candi ini dikenal sebagai candi tertua di Malang, yang konon dibangun pada abad ke-8 Masehi.
Tepatnya pada masa pemerintahan Raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Dengan arsitektur yang unik dan cerita yang penuh misteri, Candi Badut menawarkan perjalanan menarik ke masa lalu untuk memahami jejak kebudayaan Hindu-Buddha di Nusantara.
Asal Usul dan Penemuan Serta Sejarah Candi Badut
Nama Badut berasal dari istilah dalam bahasa Jawa yang berarti pelawak atau badut. Namun, kaitan antara nama ini dan fungsi candi tidak sepenuhnya jelas. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa nama ini muncul karena struktur candi dianggap unik dan berbeda dari candi lain di wilayah Jawa Timur.
Candi Badut pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1921 oleh seorang arkeolog Belanda bernama Maureen Brecher. Saat ditemukan, candi ini dalam kondisi tertutup semak belukar dan hanya tersisa reruntuhan.
Setelah penelitian lebih lanjut, dipastikan bahwa candi ini adalah peninggalan dari abad ke-8 dan berkaitan dengan Kerajaan Kanjuruhan, salah satu kerajaan Hindu tertua di Jawa Timur.
1. Hubungan dengan Prasasti Dinoyo
Keberadaan Candi Badut erat kaitannya dengan Prasasti Dinoyo, yang ditemukan tidak jauh dari lokasi candi. Prasasti ini bertarikh 760 Masehi dan menyebutkan nama Raja Gajayana sebagai penguasa Kerajaan Kanjuruhan.
Menurut catatan dalam prasasti, Raja Gajayana adalah raja yang bijaksana dan sangat menghormati dewa-dewa Hindu, terutama Dewa Agastya. Candi Badut dipercaya didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Agastya, yang merupakan simbol kebijaksanaan dalam ajaran Hindu.
2. Arsitektur dan Keunikan Candi Badut
Sejarah Candi Badut memiliki desain arsitektur yang sederhana namun penuh makna. Ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan candi-candi besar seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan, tetapi setiap detailnya mencerminkan seni bangunan Hindu kuno.
3. Struktur Utama Candi
Candi ini dibangun dari batu andesit, dengan denah persegi yang berukuran sekitar 7×7 meter. Terdapat tiga bagian utama dalam struktur candi, yaitu:
-
Kaki Candi
Bagian dasar candi yang berfungsi sebagai penopang. Pada kaki candi terdapat relief sederhana yang menggambarkan motif bunga teratai, simbol kesucian dalam agama Hindu.
-
Badan dan Atap Candi
Ruangan utama atau bilik candi yang digunakan untuk menyimpan arca atau benda suci. Di dalam bilik candi, ditemukan arca Dewa Siwa yang menunjukkan bahwa candi ini merupakan tempat pemujaan Hindu. Bagian atas candi berbentuk sederhana tanpa terlalu banyak ornamen.
4. Ornamen dan Relief
Meskipun relief pada Sejarah Candi Badut tergolong sederhana, setiap ukirannya mencerminkan nilai-nilai spiritual yang penting. Ornamen bunga teratai dan pola geometris mendominasi hiasan di sekitar candi. Selain itu, arca-arca kecil yang ditemukan di sekitar candi menambah daya tariknya sebagai situs arkeologi.
5. Fungsi dan Makna Spiritual
Sejarah Candi Badut diyakini memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan dan meditasi. Sebagai candi Hindu, tempat ini difokuskan untuk menghormati Dewa Siwa, yang dalam ajaran Hindu dianggap sebagai dewa penghancur untuk mencapai siklus pembaruan.
Selain itu, lokasi candi yang berada di kawasan dataran tinggi dianggap memiliki energi spiritual yang kuat, sehingga tempat ini sering digunakan sebagai lokasi ritual keagamaan pada masa lalu.
Pemugaran dan Pelestarian Candi Badut
Setelah ditemukan, Candi Badut mengalami serangkaian pemugaran untuk mengembalikan bentuk aslinya. Pemugaran pertama dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1925, yang melibatkan penggalian dan rekonstruksi struktur candi.
Pemugaran lanjutan dilakukan pada era kemerdekaan, dengan tujuan untuk melestarikan candi ini sebagai warisan budaya bangsa. Saat ini, Sejarah Candi Badut menjadi salah satu destinasi sejarah di Malang. Pemerintah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk menjaga kelestarian candi agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Seiring waktu, Candi Badut menghadapi berbagai ancaman kerusakan, seperti pelapukan batu akibat cuaca, tumbuhnya lumut, dan pengaruh lingkungan. Oleh karena itu, upaya konservasi terus dilakukan, termasuk:
- Membersihkan candi secara rutin dari lumut dan vegetasi liar.
- Mengontrol aktivitas wisatawan agar tidak merusak struktur candi.
- Melakukan penelitian arkeologi untuk mempelajari lebih lanjut tentang sejarah dan fungsi candi.
Sebagai salah satu candi tertua di Malang, Candi Badut menjadi bukti nyata keberadaan peradaban Hindu-Buddha di wilayah ini sebelum masuknya Islam. Keberadaan candi ini juga mencerminkan pentingnya Malang sebagai pusat kebudayaan dan spiritual pada masa lalu.
Sejarah Candi Badut terletak di Desa Karangbesuki, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Lokasinya yang tidak jauh dari pusat kota membuatnya mudah diakses untuk mengunjungi candi ini, Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum.
Suasana sekitar candi yang asri dan tenang menjadikannya tempat yang cocok untuk belajar sejarah sekaligus menikmati keindahan alam. Selain itu, wisatawan juga dapat berinteraksi dengan penduduk lokal untuk mengetahui cerita-cerita menarik seputar candi.
Candi ini salah satu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya. Sebagai simbol kejayaan Kerajaan Kanjuruhan dan bukti perkembangan agama Hindu di Jawa Timur, Sejarah Candi Badut memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.